TfMlGpA0TSd6GUd6GSGlBUM9BY==

BENDUNGAN WALAHAR

Pentingnya daerah Karawang tidak hanya pada masa Kerajaan Tarumanegara dan masa berkembangnya Islam. Sebagai daerah yang subur sangat wajar bila menarik minat asing untuk datang dan bermukim seperti misalnya pendatang dari Cina dan Eropa. Pada masa kolonial Belanda, Karawang sangat berperan bagi pemerintah kolonial khususnya sebagai lumbung padi. Dalam rangka mempertahankan peran sebagai lumbung padi tersebut dibangunlah bendungan Walahar untuk keperluan irigasi. Bendungan Walahar dahulu bernama Parisdo. Bendungan ini secara administratif sekarang berada di wilayah Kampung Kutapuhaci, Kelurahan Walahar, Kecamatan Ciampel. Bendungan yang membendung Citarum pada koordinat 06° 22' 973" Lintang Selatan dan 107° 21' 660" Bujur Timur ini membentuk waduk seluas 15 hektar pada kawasan dataran rendah pantai utara.  Waduk seluas itu berbatasan dengan Desa Gintungkerta di utara, Desa Anggadita di barat, Desa Kutapuhaci di selatan, dan di timur berbatasan dengan Desa Cimahi.
Bangunan bendungan yang membendung sungai lebarnya sekitar 50. Bangunan dam terdiri tiga susun. Bagian dasar merupakan bagian dam, di atas dam terdapat jembatan dengan lebar jalan sekitar 3 m. Di jembatan terdapat semacam bangunan terdiri beberapa ruangan. Langit-langit di atas jembatan dengan bentuk lengkung. Pada dinding di atas jalan masuk terdapat tulisan “Bendung Walahar Kali Tjitarum Mulai Dipakai 30 Nopember 1925 untuk mengairi sawah luas 87.506 ha”.
Fungsi bendungan Walahar memang diutamakan untuk mengairi sawah. Di samping fungsi utama tersebut masyarakat juga memfungsikannya untuk keperluan lain khususnya sebagai sarana refreshing. Setiap hari libur banyak yang memanfaatkan untuk memancing atau sekedar penyegaran dengan menikmati deburan air yang terjun dari dam. Sebagai sarana rekreasi bendung Walahar ditunjang pula dengan deretan rumah makan khas Walahar yang menyajikan pepes ayam dan pepes ikan jambal.

Komentar0

Type above and press Enter to search.