TfMlGpA0TSd6GUd6GSGlBUM9BY==

GUBERNUR JAWA BARAT DR. H. AHMAD HERYAWAN PIMPIN RAPAT KOORDINASI PENANGGULANGAN BANJIR WILAYAH II TERPUSAT DI KABUPATEN KARAWANG

Karawang ( News ADS Radio, Cikampek ). Gubernur Jawa Barat, Dr. H. Ahmad Heryawan memimpin rapat koordinasi penaggulangan bencana banjir bersama Bupati Karawang Drs. H. Ade Swara, MH, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Unsur Muspida dan Bupati/Walikota se-wilayah II Jawa Barat. Rapat digelar di Aula Gedung Singaperbangsa Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, Senin pagi (21/1), membahas penanganan dan evaluasi banjir yang melanda beberapa daerah di Jawa Barat seperti Kabupaten Karawang, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang. 

Rapat yang dimulai pukul 10.00 WIB tersebut membahas analisis penyebab/kronologis terjadinya banjir dan kesiapan setiap daerah dalam upaya penanggulangan pasca banjir.

Di awal rapat, Gubernur mengatakan bahwa jika dibandingkan tahun sebelumnya, saat ini penanganan banjir sudah cukup baik dilakukan karena kondisi daerah lebih siap dalam menghadapi datangnya banjir. 

Dari paparan yang disampaikan oleh Sekretaris Dearah Kabupaten Karawang, Ir. H. Iman Sumantri, diketahui bahwa untuk wilayah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Karawang adalah daerah yang terluas di genangi banjir. Sebanyak 23 dari 30 kecamatan di Kabupaten Karawang terendam banjir, meliputi 90 desa/kelurahan, 23.660 rumah penduduk, 30.349 KK, dan 103.651 jiwa. Tidak hanya harta benda, bencana banjir juga telah menyebabkan 4 (empat) orang korban jiwa, yaitu bayi Karsih yang baru berusia 5 hari, Asep 12 tahun, Sanan 61 tahun, dan Oneng 72 tahun. Tidak hanya itu, banjir telah menggenangi lahan sawah masyarakat di 21 kecamatan seluas 52 ribu hektar dengan ketinggian air 30-150 cm. Sawah ini sudah tergenang air  selama 2-6 hari. Ini artinya 1/5 areal sawah di Jawa Barat sudah terendam banjir, maka akan mempengaruhi produksi beras di Jawa Barat, dan akhirnya akan berdampak pada produksi beras nasional. 

Untuk ketersediaan logistik korban banjir, Pemda Karawang memiliki stok beras sebanyak 51 ribu ton dan 35 ribu ton diantaranya sudah didistribusikan ke seluruh korban banjir dan saat ini stok hanya tinggal 16 ribu ton. Sekretaris Daerah memperkirakan sisa stok beras yang tersedia saat ini tidak akan mencukupi kebutuhan korban banjir di beberapa hari yang akan datang. Untuk itu diharapkan bantuan sumbangan dari seluruh pihak. Tidak hanya ketersediaan beras, korban banjir di Kabupaten Karawang juga memerlukan makanan pendamping seperti telur, mie instan, sarden, dll. Disamping itu, kebutuhan yang paling mendesak adalah ketersediaan perahu karet dan pelayanan kesehatan/obat-obatan karena banyak korban banjir yang mulai terserang penyakit gatal, demam, ISPA, dan diare.

Bupati Karawang berharap dengan dilaksanakannya Rapat Koordinasi ini dapat memberikan solusi atas segala permasalahan dalam penanggulangan bencana banjir yang terjadi.

Berdasarkan hasil rapat koordinasi tersebut, Gubernur telah mengidentifikasi beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam penanggulangan banjir, yaitu menambah jumlah perahu karet dan mengkalkulasikan jumlah perahu karet yang harus dimiliki setiap daerah untuk mengantisipasi jika terjadi banjir dalam keadaan terburuk di masa yang akan datang. 

Permasalahan selanjutnya adalah ketersediaan logistik non beras, karena saat ini di Propinsi Jawa Barat masih tersedia stok beras 350 ribu ton beras dan diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan korban banjir. Selain itu, setiap daerah yang rawan terkena bencana harus menyiapkan minimal 1 dapur umum mobiling yang mampu menyediakan 1000 bungkus dalam 2 jam. Kemudian, untuk areal sawah yang rawan dan tergenang banjir harus segera diantisipasi, karena jika sawah terendam lebih dari 4 hari akan menyebabkan padi membusuk dan gagal panen. Disamping itu Pemerintah akan memberikan santunan kepada korban yang meninggal dan memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada korban banjir, bantuan perbaikan rumah untuk kategori rumah rusak berat, dan bantuan peralatan sekolah bagi siswa korban banjir. 

Dalam kesimpulannya, gubernur juga memfokuskan perbaikan darurat pada tanggul yang jebol seperti tanggul Bojong di Kabupaten Bekasi, Tanggul Batu Jaya di Kabupaten Karawang, dan Kali Bekasi di Kota Bekasi dengan memutus aliran sungai bukan aliran banjir sehingga air tidak masuk ke perumahan warga. Anggaran untuk penanggulangan banjir saat ini dapat diperoleh dari dana tidak terduga Propinsi Jawa Barat sebesar 75 milyar rupiah.        
Kepala BBWS Citarum, Hasanudin, menjelaskan bahwa banjir kali ini mengalami kenaikan yang cukup luar biasa, dimana debit air citarum yang biasanya mencapai 700 meter kubik per detik meningkat menjadi 1.200 meter kubik per detik. “Hal ini disebabkan adanya intensitas curah hujan yang cukup tinggi, dan didorong kerusakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum,” ujarnya.

Terkait dengan sejumlah tanggul jebol di Karawang dan Bekasi, Hasanudin menambahkan bahwa sebagian besar tanggul memang berada di daerah dengan kondisi geologi yang kurang baik. Hasanudin juga menambahkan bahwa pihaknya pernah menguji dengan menanam seat pile di beberapa titik tanggul hingga sedalam 12 meter, namun tetap tidak menemukan tanah yang keras. “Tanggul yang jebol sendiri tengah diperbaiki, sehingga air tidak lagi mengalir ke permukiman warga,” ujarnya.

Usai rapat Gubernur Ahmad Heryawan, Bupati Ade Swara, beserta sejumlah peserta rakor langsung meninjau titik pertemuan antara Sungai Cibeet dan Sungai Citarum, di Dusun Sumedangan, Desa Purwadana, Kec. Telukjambe Timur, Kab. Karawang. Tingginya debit air di kedua sungai tersebut menyebabkan banjir melanda warga sekitar titik pertemuan tersebut pada Jumat (18/1), dengan genangan air hingga mencapai 150 cm. News ADS Radio, Cikampek.

Type above and press Enter to search.