TfMlGpA0TSd6GUd6GSGlBUM9BY==

Candi Jiwa, Lihat dari Atas Mirip Teratai Mekar

Di Karawang, Jawa Barat, ternyata banyak jejak sejarah yang terlupakan. Salah satunya adalah Komplek Candi Jiwa, yang menjadi salah satu tujuan ekspedisi Fortuga ITB.

Sebelumnya, tim ekspedisi Fortuga ITB telah mengunjungi Rumah Sejarah dan Monumen Pembulatan Tekad. Perjalanan dilanjutkan menuju Candi Jiwa yang ditempuh melalui dua jalur; darat dan sungai. Enam anggota tim menggunakan perahu sedangkan lainnya menempuh jalur darat. Okezone sendiri bergabung dengan peserta yang menggunakan bus.

Ternyata, Candi Jiwa tidak berada tepat di pinggir jalan. Kami harus menyusuri jalan kecil di tengah sawah dengan jarak sekira 150 meter. Sebelum sampai di bangunan candi, kami terlebih dahulu mampir di sebuah ruangan yang dipenuhi bebatuan. Di sinilah para peneliti menyimpan sampel bebatuan candi yang mereka jadikan objek penelitian.

“Tahun 1985 penelitian kompleks Candi Jiwa mulai dilakukan. Di area ini terdapat 36 lokasi situs besar maupun kecil, sementara yang masuk data pembukuan hanya 30 lokasi,” kata Kaisin, penduduk lokal yang menjadi pemandu wisata kami.

Menurut Kaisin, area Candi Jiwa merupakan milik Kerajaan Tarumanegara. Percandian yang disusun dari batu bata ini menjadi sejarah awal di Pulau Jawa.

“Area ini sebenarnya sangat luas, namun ukuran pastinya masih kontroversi. Ada yang bilang luasnya mencapai 5km persegi,” tuturnya.

Candi Jiwa memang tidak seperti Candi Borobudur yang memiliki ruang untuk wisatawan menikmati pemandangan hingga puncaknya. Di sini hanya ada sebuah candi di tengah sawah berwarna merah bata. Bentuknya pun tidak sepenuhnya utuh.

“Memang ini tidak disusun hingga puncak dan dibiarkan sebagaimana waktu awal ditemukan. Soalnya kami tidak memiliki data yang lengkap, jika kami paksakan berarti itu hasil rekaan. Namun jika difoto dari udara, terlihat candi ini menyerupai bunga teratai yang mekar,” jelasnya.

Sebenarnya, di tempat ini ada empat situs yang sudah dibuka untuk umum. Selain Candi Jiwa, ada juga Candi Blandongan yang bentuknya lebih terlihat jelas dan nyata. Terdapat tangga menuju bagian atas candi, sayangnya tangga tersebut diberi pagar dan terdapat tulisan “Dilarang Menaiki Tangga”.

Tujuan kami berikutnya adalah Museum Candi Jiwa. Letaknya tak jauh dari candi, bahkan dapat ditempuh lebih cepat dengan berjalan menyusuri pematang sawah.

Museum ini memang tidak terlalu besar, namun memuat begitu banyak informasi sejarah yang ditulis dalam beberapa poster besar yang ditempelkan di dinding. Selain itu, di museum ini dipamerkan beragam bebatuan yang berhubungan dengan candi. Ada pula benda-benda penemuan, seperti botol dan cawan dengan motif-motif antik khas zaman dahulu.

Salah satu yang unik adalah batu dengan tapak kaki anak kecil. Uniknya, tapak kaki yang berjumlah empat buah itu keseluruhannya merupakan kaki bagian kanan. Padahal, sewajarnya jika itu memang tapak jejak langkah seharusnya ada tapak kaki kanan dan kiri.

“Mungkin ini sebenarnya bukan tapak jejak langkah, namun sebagai tanda peresmian. Jika sekarang peresmian dilakukan dengan tanda tangan, mungkin pada waktu dulu putra mahkota yang bertugas meresmikan candi dengan menginjakkan kaki kanan sebanyak empat kali,” tutup Kaisin.

----> 96,9 FM ADS Radio, Cikampek

( http://travel.okezone.com/read/2013/05/20/408/809903/candi-jiwa-lihat-dari-atas-mirip-teratai-mekar )

Type above and press Enter to search.