TfMlGpA0TSd6GUd6GSGlBUM9BY==

Cerita Cinta Bung Karno dan Hartini Berawal dari Sayur Lodeh

Kisah asmara Bung Karno dan Hartini adalah kisah cinta terunik dalam kehidupan Presiden RI pertama itu. Bagaimana tidak, sejarah mencatat, Bung Karno jatuh cinta pada Hartini melalui sayur lodeh.

Dalam buku Total Bung Karno, karya Roso Daras dikisahkan,  hari itu Bung Karno melakukan kunjungan ke Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam kunjungan tersebut, rombongan Presiden dijadwalkan untuk singgah di Salatiga.

Mendengar Bung Karno akan singgah, sejak pagi rakyat Kota Salatiga dan sekitarnya berbondong-bondong menjejali Lapangan Tamansari. Di lapangan itulah Bung Karno akan menyapa rakyat Salatiga dalam pidato yang selalu ditunggu-tunggu rakyat dengan antusias.

Di kediaman wali kota itulah, Bung Karno akan rehat sejenak sekaligus makan siang. Sepasukan ibu-ibu sibuk menyiapkan ini dan itu, mulai dari menyiapkan meja jamuan makan sampai ke urusan masak-memasak di dapur.

Di antara kaum perempuan yang sedang sibuk di dapur, tampak sosok perempuan berwajah lembut, berkulit bersih kuning langsat, perawakan semampai, rambut hitam sepinggang.

Ia adalah  Siti Suhartini, yang tinggal sekitar 100 meter dari rumah Wali Kota Salatiga. Ia ikut membantu di dapur, menyambut kedatangan Presiden Soekarno. Wanita yang di kemudian hari dikenal sebagai Hartini itu, memasak sayur lodeh untuk melengkapi masakan-masakan yang lain.

Bung Karno sudah tiba, dan rakyat mengelu-elukan dengan semarak. Sejurus kemudian, lautan manusia diam seketika diam, suasana hening, tersirep oleh suasana magis, menanti Bung Karno mengucap kata. Begitu Bung Karno pidato, rakyat bergemuruh dengan ucapan Merdeka!
Menyantap sayur lodeh buatan Hartini

Usai berpidato Bung Karno diiringkan pejabat daerah, ajudan dan pengawal, menuju kediaman Walikota Salatiga. Sesampai di sana, hidangan telah lengkap tersaji. Bung Karno dan yang lain, segera menikmati hidangan makan siang.

Bung Karno makan sayur lodeh di depannya. Sayur lodeh masakan Hartini. Sayur lodeh memang merupakan menu kesukaan Bung Karno. Begitu enaknya sayur lodeh di rumah Wali Kota Salatiga, sampai-sampai seusai jamuan, Bung Karno menyempatkan diri bertanya.

"Siapa yang masak sayur lodeh yang enak ini. Saya ingin mengucap terima kasih kepadanya," kata Bung Karno saat ini.

Mendengar pertanyaan itu, Sri Hartini pun didorong-dorong oleh teman-temannya untuk maju menunjukkan diri untuk menemui Presiden dan menerima ucapan terima kasihnya.

Dalam buku Srihana-Srihani Biografi Hartini Soekarno, terpapar pengakuan Hartini ihwal momen yang kemudian mengubah jalan hidupnya, di rumah Wali Kota Salatiga.

Ia mengaku, gugup dan senang ketika maju dan mengulurkan tangan kepada Bung Karno. Hartini ingat betul, Bung Karno menjabat tangan Hartini begitu hangat dan lama! Bung Karno benar-benar terkesiap oleh kecantikan Hartini .

Sesampai di Jakarta, bayang-bayang wajah Hartini tetap terbayang. Senyum manis dari bibir yang indah, serta sorot mata lembut tapi menusuk masih diingat Bung Karno.

Surat cinta untuk Hartini

Soekarno langsung mengambil secarik kertas, memungut sebuah pena, dan menulis sebaris kata. Untaian kata-kata cinta, tercatat dalam sejarah cinta Sukarno dan Hartini, sebagai surat cinta pertama.

"Tuhan telah mempertemukan kita Tien, dan aku mencintaimu. Ini adalah takdir," tulis Soekarno di secarik kertas.

Itulah goresan kata, yang kemudian dititipkan pada seseorang untuk segera disampaikan kepada Hartini di Salatiga.

Si penerima surat yang tak lain adalah hartini, dalam surat dipanggil dengan panggilan kesayangan Tien, kaget bukan kepalang.

Belum selesai hatinya galau demi menerima surat cinta dari Presiden Republik Indonesia, sudah datang lagi telegram-telegram, dan surat-surat bernada cinta selanjutnya.

"Ketika aku melihatmu untuk kali yang pertama, hatiku bergetar. Mungkin kau pun mempunyai perasaan yang sama. Ttd: …. Srihana.


Srihana adalah nama samaran Bung Karno. Adalah Bung Karno yang juga memberikan nama Srihani kepada Hartini, sebagai nama samaran pula. Surat-menyurat Bung Karno dan Hartini selanjutnya terus mengalir menggunakan nama samaran Srihana dan Srihani.


Informasi ini dikutip dari : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/655407-cerita-cinta-bung-karno-dan-hartini-berawal-dari-sayur-lodeh/3   

ADS Radio Cikampek, Subang, Karawang dan Purwakarta (ZeDar) 

Type above and press Enter to search.