ADS, Kuta - Indonesia menjadi salah satu dari 6 negara di Asia
Tenggara yang mendapatkan bantuan dari Norwegian Agency for Development
(Norad). Bantuan itu akan mendorong Direktorat Perhubungan Laut untuk
menyusun regulasi air ballast dan wilayah perairan sensitif.
"Garis
besarnya, apa yang telah dilakukan Indonesia dalam mengadopsi
International Maritime Organization (IMO) dan implementasinya dengan
biaya dari Norad," kata Direktur Perkapalan dan Kepelautan Kementerian
Perhubungan, Rudianna.
Rudianna menyampaikan hal ini dalam acara
'The Final Regional Meeting of IMO-Norad Project' di Kuta, Bali, Rabu
(9/11/2016). Acara ini juga dihadiri delegasi dari Malaysia, Filipina,
Thailand, Kamboja dan Vietnam.
"Saat ini terkait Ballast Water Management (BWM) dan Particulary Sensitive Sea Areas (PSSA)," ujar Rudianna.
BWM
adalah manajemen pembuangan air ballast. Air ballast adalah air laut
yang disedot kapal besar untuk keseimbangan ketika muatan kapal tidak
ada, dan kemudian air dibuang ketika muatan dipindahkan ke kapal
tersebut.
Pembuangan air ballast ini dianggap perlu diatur dan
akan dibuat regulasinya. Hal ini karena dikhawatirkan organisme yang
tersedot dari perairan yang satu akan mengancam ekosistem perairan
lainnya yang menjadi lokasi pembuangan.
"Seperti di Australia
yang sudah komplain soal ganggang merah, dan ganggang itu berasal dari
China mengancam ekosistem di perairan Australia. Jadi akan kita buat
regulasinya untuk kapal pelayaran internasional ," ucapnya.
Sementara
PSSA adalah area laut yang sensitif untuk dijadikan jalur pelayaran.
Hal ini karena ekosistem di bawah lautnya yang kaya sehingga Kemenhub
akan mengusulkan PSSA di Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimun Jawa dan
Gili Trawangan.
"Ini aturan IMO yang meminta di mana daerah
sensitif kita. Masih dalam tahap proses pengusulan tapi masih lama, bisa
lima tahun," tutup Rudianna.
Meriahnya Lomba karoke 22 tahun ads







