ADS - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi
Alius menilai perlunya materi kebangsaan untuk masuk ke dalam kurikulum
sekolah. Hal itu menurut Suhadi dapat menekan pengaruh radikalisasi.
"Dulu
kan ada pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) atau semacamnya.
Mungkin sekarang metodologinya sudah enggak pas, mungkin perlu kita
ubah, tapi tetap ada rasa cinta kepada bangsa ini, yang dibangun sejak
kecil," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius, Rabu (26/10/2016)
malam.
Hal itu disampaikan Suhardi di sela acara 'Sosialisasi
Standar Operasional Prosedur Sistem Keamanan Terminal Penumpang Angkutan
Jalan Dalam Menghadapi Ancaman Terorisme: Kita Ciptakan Harmonisasi
Lintas Sektoral Guna Mencegah & Mengantisipasi Aksi Terorisme' yang
digelar di Hotel Java Paragon, Surabaya.
Ia mengatakan pihaknya
akan menggandeng 17 lembaga kementerian dalam mengatasi persoalan
terorisme. Seperti ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Sosial, Kementerian Pemuda dan Olahraga hingga BNP2TKI.
"Kementerian
Sosial kita harapkan berperan ikut menyentuh ke kantong-kantong
(radikalisme) yang sudah diidentifikasi seperti memberikan bantuan untuk
wirausaha," terangnya.
"Menkominfo juga demikian. Tolong
bagaimana mengemas aturan, regulasinya (pengawasan terhadap situs yang
menyebarkan radikalisasi)," terangnya.
"Menristekdikti juga harus
membangun kepedulian. Contoh, kalau saya masuk kampus kira-kira bisa
terjadi resistensi enggak. Kalau masuk melalui Menristekdikti, kan
Menristekdikti punya otoritas bisa memerintah ke rektor," tuturnya.
Ia
menambahkan, mantan-mantan komandan jihad juga bisa dilibatkan untuk
memberikan pengarahan tentang radikalisasi di kampus-kampus.
"Kalau
kita yang ngomong, mereka bilang, apa lu. Tapi kalau mantan komandan
jihad, (bilang ke mahasiswa) apa kamu belum apa-apa," tandasnya.